Ketahanan pangan (security food) adalah terminologi yang dimunculkan oleh Pemerintah dalam mensikapi pentingnya kecukupan ketersediaan bahan pangan. Ketahanan pangan dianggap bagus dan berhasil jika ketersediaan pangan mencukupi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, apabila di lapangan terjadi kekurangan atau kelangkaan bahan pangan maka yang paling pertama kali disoroti adalah rapuhnya ketahanan pangan kita!
Pada tanggal 7-10 Februari 2012, di Jakarta Convention Center, Kamar Dagang dan Industri Indonesia menyelenggarakan seminar dan pameran Jakarta Security Food Summit 2012. Kegiatan yang menyoal tentang ketahanan pangan dan di buka oleh Presiden Indonesia (pak SBY) merupakan bukti bahwa Indonesia ke depan harus mengambil peran pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri maupun dunia.
Perspektif Historis
Sebenarnya, istilah atau ungkapan yang mendekati makna ketahanan pangan sudah muncul sejak dahulu kala. Namun saja, ungkapan bijak orang tua tidak dianggap penting, karena itu sudah menjadi ungkapan sehari-hari. Istilah “Cukup Sandang, Cukup Pangan dan Cukup Papan”, yang sejak dahulu populer, kini menjadi terlupakan. Padahal jika dilihat maknanya, istilah tersebut maknanya sudah meng-cover makna ketahanan pangan yang sesungguhnya, dan apabila dilihat maknanya, lebih dari sekedar “urusan perut” manusia.
Oleh karena itu, wajar jika Pemerintah memperhatikan ketahanan pangan menjadi lebih serius. Alasannya mudah ditebak –disamping menjaga stabilitas politik dan ekonomi– ketahanan pangan merupakan indikator kinerja pemerintah dibidang pertanian dan perdagangan. Bidang pertanian berbicara “menanam” dan bidang perdagangan berbicara “menjajakan”.
Aktivitas Pameran yang di fasilitasi Dinas Perdagangan, Industri, Pertambangan dan Energi Kabupaten Karawang, efektif menggaet buyer (pembeli).
Solusi?
Membicarakan pangan cakupannya sangat lah luas! Singkatnya, jika manusia yang dijadikan pusat ukuran, pangan adalah seluruh kebutuhan asupan energi dalam bentuk bahan makanan yang dapat dikonsumsi manusia! Dari data yang di ungkap pada acara seminar ketahanan pangan di atas, tersurat bahwa pada tahun 2045 diprediksi penduduk bumi ini akan mencapai 9 milliar orang. Sementara bumi ini tidak bertambah luasnya, bahkan menyempit, karena keperluan hunian menjadi meningkat.
Dari kemungkinan itu, solusi yang bisa di ambil oleh Indonesia bukan hanya sekedar melakukan intensifikasi dan diversifikasi pertanian, tetapi harus berani melakukan inovasi dan optimalisasi pertanian ke arah yang tidak bertentangan dengan bumi ini. Singkatnya, pertanian harus selaras dengan alam. Jika langkah menuju ke arah itu dilakukan, bisa jadi slogan Indonesia menjadi penyedia pangan dunia menjadi terbukti.
Leave a comment